Wednesday, April 29, 2020

Suturing


Suturing

A.      Indikasi Suturing
Fungsi utama dari suturing adalah untuk membantu stabilisasi flap pada fase penyembuhan pada jaringan lunak. Suturing juga berfungsi untuk memegang jaringan lunak yang rusak tetap pada posisinya sampai luka dirasa sembuh. Indikasi dari suturing sendiri adalah (Schwartz, 1994):
1.    Mengikat pembuluh darah
2.    Luka laserasi
3.    Stabilisasi drain
4.    Menempatkan material hemostatik
5.    Imobilisasi flap pedikel
B.       Kontraindikasi Suturing
Kontraindikasi penjahitan luka atau penutupan luka segera adalah pada jenis luka sebagai berikut (Kudur, dkk., 2009):
               1.   Luka yang memungkinkan terjadinya infeksi, seperti:
a.    Luka akibat gigitan manusia
b.    Luka akibat gigitan hewan
               2.   Luka avulsi dimana ada jaringan yang hilang, penjahitan dapat ditunda untuk mengawasi kemungkinan terjadinya jaringan nekrotik, dan adanya debris
               3.   Luka infeksi
C.      Klasifikasi Benang Jahit
Peningkatan besar dalam suturing telah dimulai pada tahun 1865 saat disinfektan dan sterilisasi mulai digunakan dalam operasi. Benang jahit sendiri dibagi menjadi 2 kategori dasar yang tersedia sekarang, yaitu (Fragiskos, 2007):
1.      Resorbable Sutures
Benang jahit ini adalah benang jahit yang di resorbsi dalam waktu tertentu, yang biasanya bersamaan dengan waktu penyembuhan luka. Benang jahit ini terbuat dari gut atau jaringan vital (catgt, kolagen, fascia, dll.) dan ada juga yang plain atau chromic atau dari material sintesis seperti polyglycolic acid (Dexon). Pain catgut ter absorbs kurang lebih 8 hari, benang jahit chromic dalam 12-15 hari, dan benang jahit sintesis (Dexon) kurang lebih 20 hari.
2.      Non-Resorbable suture
Benang jarum ini adalah benang jarum yang benangnya akan tetap pada jaringan dan tidak akan teresorbsi, rapi harus di potong dan di ambil dalam 7 hari setelah penempatan. Benang ini terbuat dari macam-macam material alam, kebanyakan adalah surgical silk (monofilamentous aatau miltifilamentous) dan surgical cotton suture.
Ukuran benang jahit yang biasa digunakan untuk resorbable suture adalah 4-0 dan 3-0, dan untuk non-resorbable adalah 3-0 dan 2-0. Semua material benang jahit dalam bentuk steril dan dikirimkan dalam tempat yang steril juga.
D.      Macam Macam Bentuk dan Kegunaan Jarum Jahit
Jarum jahit bisa dibedakan menurut ujung jarumnya, yaitu (Fragiskos, 2007; Siervo, ,2008):
1.      Needle with Round or Oval Cross-Sectional View
Jarum ini biasanya digunakan untuk menjahit mukosa tipis dan dipertimabngkan atraumatic. Kekurangan dari jarum ini adalah jarum ini membutuhkan tekanan yang kuat untuk melewati jaringan yang bisa mengakibatkan penjahitan luka menjadi lebih sulit.
2.      Triangular Needles
Jarum ini mempunyai ujung cut yang tajam dan lebih digunakan untuk menjahit jaringan lunak yang lebih tebal. Jika digunakan untuk mukosa yang tipis harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena dapat merobek jaringan.
Jarum jahit juga bisa dibedakan bedasarkan bentuknya dalam tabel berikut ini(Siervo, 2008):
Tabel 1. Jarum Jahit Berdasarkan Bentuknya
Bentuk Jarum
Penggunaan Klinis
Lurus
·         Pilihan jarum untuk kulit
·         Jarang digunakan untuk oral surgery
·         Bisa digunakan untuk operasi hidung, faring, tendon, dan saluran cerna
1/4 lingkaran
·         Pilihan jarum untuk asosiasi microsurgery dengan benang tipis
·         Opthalmology
3/8 lingkaran
·         Oral surgery
·         Bisa digunakan untuk hampir semua operasi luka
1/2 lingkatan
·         Pilihan untuk oral surgery
·         Pemakaian jangkauan luas pada banyak operasi luka
5/8 lingkaran
·         Pilihan jarum untuk luka di saluran urogenital
variable radius
·         Oral surgery
·         Ophthalmology, laparoscopy

E.       Step by Step Teknik Penjahitan
               1.        Persiapkan alat dan bahan (benang jahit, jarum jahit, needle holder, pinset cirurgis, gunting jaringan)
               2.        Jepit 1/3 bagian ujung jarum (dekat lubang) menggunakan needle holder seperti pada gambar di bawah ini
               3.        Melilitkan benang pada needle holder 2 kali lilitan kemudian masukkan ke dalam lubang jarum yang kedua seperti pada gambar
               4.        Masukkan jarum ke tepi luka dengan jarak 2-3 mm, lalu dekatkan tepi luka yang satunya menggunakan pinset cirurgis dan masukkan jarum ke tepi luka tersebut dengan jarak 2-3 mm sehingga menyisakan 2 sisi benang jahit dengan sisi yang satunya lebih pendek.
               5.        Lalu lepaskan jarum dari benang jahit, lalu buat simpul dengan teknik 2 1 1 yaitu dengan cara letakkan needle holder di atas benang jahit lalu lilitkan benang jahit ke neddle holder sebanyak 2 kali putaran. Lalu ambil benang jahit di sisi yang lebih pendek menggunakan needle holder lalu tarik benang jahit yang lebih pendek agar melewati lubang benang jahit yang sudah dililitkan.
               6.        Kemudian kencangkan. Lalu lakukan hal yang sama dengan lilitan benang jahit 1 kali saja. Lakukan hal ini sebanyak 2 kali. Lalu kencangkan
               7.        Selanjutnya, potong sisa benang jahit kira-kira 0,5 cm atau 5 mm.
F.       Syarat-Syarat Penjahitan
1.      Kenyamanan bahan untuk digunakan atau untuk dipegang
2.      Keamanan yang cukup pada setiap alat
3.      Kondisi penjahitan selalu steril
4.      Bahan yang cukup elastik dan tidak terbuat dari bahan yang reaktif
5.      Bahan memiliki kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka
6.      Kemampuan bahan untuk biodegradasi kimia untuk mencegah perusakan dari benda asing
7.      Operator memegang jarum pada 2/3 ujung jarum
8.      Saat menembus jaringan jarum harus dalam posisi tegak lurus dengan jaringan
9.      Jarum melewati jaringan sesuai dengan lengkungnya
10.  Jarak penjahitan dari tepi luka 2-3 mm dan harus teratur
11.  Jarak antara satu jahitan dan jahitan lainnya adalah 3-5 mm dan harus teratur
12.  Arah jahitan jarus dari sisi bebas ke sisi yang tetap
13.  Arah jahitan jarus dari sisi yang tipis ke sisi yang tebal
14.  Ikatan tidak boleh terlalu erat hingga membuat mukosa menjadi putih
15.  Simpul tidak boleh berada diatas garis insisi (Modi, dkk., 2009)
G.      Macam-Macam Teknik Suturing
1.      Simple Interrupted suture (Fragiskos, 2007)
a.       Gambaran umum
Simple interrupted suture adalah teknik dimana operator menjahit tepi luka dengan satu jahitan, disimpulkan kemudian dipotong. Teknik ini bisa dilakukan sebagai berikut:
1)        Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 900, masuk subcutan lalu ke kulit sisi lainnya.
2)        Perlu diingat lebar dan kedalaman jaringan kulit dan subcutan diusahakan agat tepi luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka ke arah luar (everted).
3)        Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
4)        Penjahitan dilakukan dari ujung luka ke ujung luka yang lain
b.      Indikasi: Indikasi tipe jahitan ini adalah pada semua luka
c.       Kontra indikasi: tidak ada
d.      Kelebihan
1)        Mudah
2)        Kekuatan jahitan besar
3)        Kecil kemungkinana menjerat sistem sirkulasi sehingga mengurangi edema
4)        Mudah untuk mengatur tepi-tepi luka
5)        Bila benang putus hanya satu tempat yang terbuka
6)        Apabila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi
e.       Kerugian
1)        Pengerjaannya yang lama
2)        Bekas jahitan lebih terlihat
2.      Simple Continous Suture (Miloro, 2004)
a.    Gambaran umum
Simple Continous Suture adalah serial jahitan yang dibuat dengan menggunakan benang tanpa terputus antara jahitan sebelum dan sesudahnya. Untaian benang dapat diikat pada setiap ujung jahitan. Teknik jahitannya dilakukan sebagai berikut:
1)        Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka yang terikat tetapi tidak dipotong
2)        Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan berturut-turut tanpa mengikat atau memotong bahan jahitan setelah melalui satu simpul
3)        Spasi jahitan dan ketegangan harus merata, sepanjang garis jahitan
4)        Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada simpul terakhir pada akhir garis jahitan
5)        Simpul diikat di antara ujung ekor dari benang yang keluar dari luka/ penempatan jahitan terakhir.
b.    Indikasi: luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
c.    Kontra indikasi: pada jaringan lulka dengan tegangan besar
d.   Keuntungan: pengerjaan dalam waktu singkat dan hanya memerlukan sedikit simpul
e.    Kerugian
1)        Jahitan menjadi mudah longgar jika satu jahitan saja tidak kuat
2)        Sulit mengoreksi apabila terjadi infeksi
3)        Apabila terdapat infeksi (misalnya pus pada area tertentu), pengangkatan harus sekaligus
        3.          Mattress Suture (Fragiskos, 2007)
a.       Gambaran umum
Mattress suture merupakan teknik penjahitan yang hampir sama dengan teknik simple interupted suture, perbedaannya adalah adanya penambahan penetrasi jarum jahit pada tepi luka. Teknik ini dibagi menjadi 2 yaitu, hotizontal dan vertical.
b.      Indikasi: kasus yang membutuhkan aproksimasi margin luar diperlukan. Untuk vertikal suture biasanya digunakan untuk insisi dalam, sementara horizontal suture digunakan untuk kasus yang memerlukan pembatasan dan penutupan jaringan lunak di rongga tulang
c.       Kontraindikasi: tidak ada
d.      Kelebihan: berguna dalam memaksimalkan eversi luka, mengurangi ruang mati, dan mengurangi ketegangan luka
e.       Kekurangan: penggarisan silang karena peningkatan ketegangan di seluruh luka dan masuknya 4 dan exit point dari jahitan di kulit.
        4.          Subcuticuler continuous suture (Fragiskos, 2007)
a.       Gambaran Umum
Teknik ini adalah teknik dimana benang ditempatkan bersembunyi dibawah jaringan dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka. Hasil akhirpada teknik ini hanya berupa garis. Teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)      Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah dermis kulit salah satu dari tepi luka
2)      Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain, secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain
3)      Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi secara parallel di sepanjang luka tersebut.
b.      Indikasi: luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
c.       Kontraindikasi: jaringan luka dengan tegangan besar
d.      Kelebihan: hasil akhir hanya berupa garis
e.       Kekurangan: tidak ada

Daftar Pustaka

Fragiskos, F. D., 2007, Oral Surgery, Spinger, Berlin.

Kudur, M., Pai, S., Sripathi, H., dan Prabhu, S., 2009. Sutures and suturing techniques in skin closure,  Indian Journal of Dermatology, Venereology, and Leprology, 75(4): 425-434.

Miloro, M., 2004, Peterson’s Principles Of Oral and Maxillofacial Surgery, BC Decker Inc, Hamilton.

Modi, M, 2009, Critical Evaluation of Suture Materials and Suturing Techniques In Implant Dentistry. IJCID, 34-38.

Schwartz, S., 1994, Principles of Surgery Volume 2 10thed.Mc-Graw Hill Publishing Company, New York

Siervo, S., 2008, Suturing Techniques in Oral Surgery, Quintessenza Edizioni, Ciro Menotti.

No comments:

Post a Comment

Health Management

Health Management 1.       Kewajiban-kewajiban pemerintah dalam Undang-Undang Kesehatan Pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor ...