Wednesday, April 29, 2020

Anestesi


Anestesi

1.        Durasi anestetikum topikal (Daublander, dkk., 1992; Howe dan Whitehead, 2004)
Nama Bahan Anestesi
Onset
Durasi
Chlor Ethyl
3-10 detik
1 menit
Lignokain hidroklorida 5%
3-4 menit
10 menit

2.        Macam-macam anestesi blok (Jastak, 1995)
a.       Gow-Gates
Teknik ini adalah teknik blok yang digunakan untuk menganastesi nervus mandibularis, dengan teknik ini bagian yang teranestesi adalah gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian posterior pipi dan region temporal.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1)      Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
2)      Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3)      Posisi operator untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap pasien. Lalu, untuk mandibula sebelah kiri, operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.
4)      Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
5)      Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke Sudut mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
6)      Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan.
7)      Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
8)      Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.
9)      Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila.
10)  Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.
11)  Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus, sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12)  Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,8 – 2 ml perlahan-lahan.
13)  Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit .
14)  Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.
b.      Fisher
Teknik ini adalah teknik blok yang digunakan untuk menganastesi nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis, dengan teknik ini bagian yang teranestesi adalah gigi gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1)        Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang.
2)        Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.
3)        Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba linea oblique eksterna.
4)        Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah.
a)      Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu regio premolar.
b)      Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.
c)      Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior.
5)      Setelah selesai spuit ditarik kembali.
c.       Akinosis
Teknik ini adalah teknik blok yang digunakan untuk menganastesi nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis, dengan teknik ini bagian yang teranestesi adalah gigi gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula. Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1)        Pasien duduk terlentang atau setengah terlentang
2)        Posisi operator untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan dengan pasien.
3)        Letakkan jari telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada bagian medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan mengurangi trauma selama injeksi jarum.
4)        Gambaran anatomi : - Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila - Tuberositas maksila
5)        Daerah insersi jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
6)        Pasien diminta mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.
7)        Jarum suntik diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila.
8)        Arahkan ujung jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus dan jarum akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.
9)        Kedalaman jarum sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10)    Aspirasi, bila negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 – 1,8 ml secara perlahan-lahan. Setelah selesai , spuit tarik kembali.
Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya untuk membuka mulut.
3.        Omset, Durasi, dan Dosis Anestesi Lokal (Howe dan Whitehead, 2004; Hasanah, 2015)
Nama Bahan Anestesi
Onset
Durasi
Dosis
Sediaan Obat
Lidokain 2% dengan adrenalin 1:80.000
1,5 menit
3 jam
maximal 500mg dengan vasokonstriktor dan maximal 200mg tanpa vasokonstriktor
ampul @2ml, catridges @2,2 ml
Mepivakain
2,5 menit
1 jam
maximal 400mg
ampul @54mg
Prilokain 3% dengan adrenalin 1:30.000
1,5 menit
2 jam
maximal 600mg dengan vasokonstriktor dan maximal 400mg tanpa vasokonstriktor
ampul @2ml
Bupivakain dengan epinefrin 1:200.000
2-10 menit
1,5-3 jam untuk anestesi pulpa dan 4-9 jam untu anestesi jaringan lunak
maximal 2mg/kg atau 400mg//hari
catridges @30ml, ampul @4ml

4.        Pendeponiran anestetikum satu penekanan citoject
Setiap penekanan dari alat injeksi citojetct akan mendeponirkan 0,06 ml larutan anestesi (Kulzer, 2009).
5.      Macam-macam ukuran jarum (Kamandjaja, 2019)
a.         Panjang Jarum
1)        Panjang: biasanya berukuran 1 -1 inch (28,9 sampai 41,5 mm)
2)        Pendek: biasanya berukuran sampai 1 inch (9,4 sampai 25,5 mm)
Indikasi dari pemakaian masing-masing jarum tergantung pada tempat dimana kita akan menganastesi pasien, apabila jarum tempat anestesi jauh kedalam jaringan maka direkomendasikan memakai jarum yang panjang.
b.      Diameter jarum
1)        23 Gauge: Diameter luar 0,6 mm dan diameter dalam 0,3 mm, jarum ini adalah jarum yang paling umum dipakai di kedokteran gigi. Jarum 23 Gauge ini adalah jarum yang paling ideal untuk anestesi blok pada jaringan yang letaknya cukup dalam.
2)        25 Gauge: Diameter luar 0,5 mm dan diameter dalam 0,25 mm, jarum ini adalah jarum yang paling umum dipakai di kedokteran gigi.
3)        27 Gauge: Diameter luar 0,4 mm dan diameter dalam 0,2 mm jarum ini di indikasikan untuk menginjeksi pada jaringan yang ketat misalnya mukosa palatum durum atau pada jaringan intraligamen, untuk mencegah rasa nyeri saat insersi jarum mauun saat injeksi cairan anestesi lokal
4)        30 Gauge: Diameter luar 0,3 mm dan diameter dalam 0,15 mm, jarum ini mempunyai fungsi yang sama dengan jarum 27 Gauge.
6.        Prosedur Anestesi Bagian Bukal (Purwanto, 2002; Howe dan Whitehand, 2004)
a.         Gunakan tangan kiri untuk meretrak jaringan lunak bukal (ibu jari pada coronoid notch mandibular dan jari telunjuk pada perbatasan posterior pada ekstraoral mandibula) (untuk menganastesi nervus longus bukalis).
b.        Injeksikan 0,5-1 cc lokal anestesi.
c.         Selagi mengeluarkan jarum, lanjutkan injeksi 0,5 cc lokal anestesi untuk menganastesi nervus cabang lingual.
d.        Injeksi sisa anestesi di region coronoid notch mandibula di sisi distal mukosa membran dan bukal sampai bagian paling distal gigi molar untuk menganestesi bukal.
7.        Anestetikum yang di injeksikan ke mukosa untuk anestesi infiltrasi gigi 25 (Purwanto, 2002)
Jumlah anestetikum yang di anestesika pada lipatan mukobukal dan pada palatum untuk menganestesi gigi 25 adalah 0,5-1cc pada masing-masing bagian. Pada bagian lain memungkinkan diberi bahan anestetikum yang lebih banyak maupun lebih sedikit dibandingkan dengan bagian yang lain. Hal ini dikarenakan ukuran saraf yang berbeda beda.

 Daftar Pustaka


Daublander, M., Roth, W., dan Kleeman P.P., 1992, Clinical investigation of potency and onset of different lidocaine sprays for topical anesthesia in dentistry, Anesthesi Pain Control Dentistry, 1(1): 25-28.

Hasanah, A. H., 2015, Pertimbangan pemilihan anestesi lokal pada pasien dengan penyakit sistemik, Skripsi, Universitas Jasaniddin, Makassar.

Jastak, J.T., 1995, Local Anesthesia of the Oral Cavity, W.B. Saubders Company, Philadelphia.

Kamadjaja, D. B., 2019, Anestesi Lokal di Rongga Mulut: Prosedur, Problema, dan Solusinya, Airlangga university Press, Surabaya.

Kulzer, H.,2009, Instruction for Use Citoject Sophiru, Hanau, Germany.

Purwanto, 2002, Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

No comments:

Post a Comment

Health Management

Health Management 1.       Kewajiban-kewajiban pemerintah dalam Undang-Undang Kesehatan Pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor ...