Anestesi
1.
Durasi
anestetikum topikal (Daublander, dkk., 1992; Howe dan Whitehead, 2004)
Nama Bahan Anestesi
|
Onset
|
Durasi
|
Chlor
Ethyl
|
3-10
detik
|
1
menit
|
Lignokain
hidroklorida 5%
|
3-4
menit
|
10
menit
|
2.
Macam-macam
anestesi blok (Jastak, 1995)
a.
Gow-Gates
Teknik ini
adalah teknik blok yang digunakan untuk menganastesi nervus mandibularis,
dengan teknik ini bagian yang teranestesi adalah gigi mandibula setengah
quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua
pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum,
korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian
posterior pipi dan region temporal.
Prosedurnya adalah
sebagai berikut:
1)
Posisi duduk
pasien terlentang atau setengah terlentang.
2)
Pasien diminta
untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3)
Posisi operator
untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap
pasien. Lalu, untuk mandibula sebelah kiri, operator berdiri pada posisi jam 10
menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.
4)
Tentukan patokan
ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut Daerah sasaran: daerah medial
leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
5)
Operator
membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke Sudut mulut
pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara
ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
6)
Jari telunjuk diletakkan
pada coronoid notch untuk membantu meregangkan jaringan.
7)
Operator
menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral berdasarkan sudut
mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2 maksila.
8)
Daerah insersi
jarum diberi topical antiseptik.
9)
Spuit diarahkan
ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi berlawanan, dibawah tonjolan
mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam jaringan sedikit sebelah
distal M2 maksila.
10) Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui
sudut mulut ke intertragic notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan
dengan sudut telinga kewajah sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi
yang berlawanan, posisi tersebut dapat berubah dari M sampai I bergantung pada
derajat divergensi ramus mandibula dari telingan ke sisi wajah.
11) Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak
dengan tulang leher kondilus, sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum
belum berkontak dengan tulang, maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan
arahnya diulangi sampai berkontak dengan tulang. Anestetikum tidak boleh
dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan tulang.
12) Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif
depositkan anestetikum sebanyak 1,8 – 2 ml perlahan-lahan.
13) Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama
1 – 2 menit .
14) Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan
perawatan boleh dilakukan.
b.
Fisher
Teknik ini
adalah teknik blok yang digunakan untuk menganastesi nervus alveolaris inferior
dan nervus lingualis, dengan teknik ini bagian yang teranestesi adalah gigi
gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah,
mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut
dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual
mandibula.
Prosedurnya
adalah sebagai berikut:
1)
Posisi pasien
duduk dengan setengah terlentang.
2)
Aplikasikan
antiseptic didaerah trigonum retromolar.
3)
Jari telunjuk
diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk meraba
linea oblique eksterna.
4)
Kemudian
telunjuk digeser kemedian untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung
kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada dibidang
oklusal gigi rahang bawah.
a)
Posisi I : Jarum
diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang tidak
dianestesi yaitu regio premolar.
b)
Posisi II :
Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan
jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan
anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.
c)
Posisi III :
Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan sambil
menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative
keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior.
5)
Setelah selesai
spuit ditarik kembali.
c.
Akinosis
Teknik ini
adalah teknik blok yang digunakan untuk menganastesi nervus alveolaris inferior
dan nervus lingualis, dengan teknik ini bagian yang teranestesi adalah gigi
gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah,
mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut
dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual
mandibula. Teknik ini dilakukan dengan mulut pasien tertutup sehingga baik
digunakan pada pasen yang sulit atau sakit pada waktu membuka mulut.
Prosedurnya
adalah sebagai berikut:
1)
Pasien duduk
terlentang atau setengah terlentang
2)
Posisi operator
untuk rahang kanan atau kiri adalah posisi jam delapan berhadapan dengan
pasien.
3)
Letakkan jari
telunjuk atau ibu jari pada tonjolan koronoid, menunjukkan jaringan pada bagian
medial dari pinggiran ramus. Hal ini membantu menunjukkan sisi injeksi dan
mengurangi trauma selama injeksi jarum.
4)
Gambaran anatomi
: - Mucogingival junction dari molar kedua dan molar ketiga maksila -
Tuberositas maksila
5)
Daerah insersi
jarum diberi antiseptic kalau perlu beri topikal anestesi.
6)
Pasien diminta
mengoklusikan rahang, otot pipi dan pengunyahan rileks.
7)
Jarum suntik
diletakkan sejajar dengan bidang oklusal maksila, jarum diinsersikan posterior
dan sedikit lateral dari mucogingival junction molar kedua dan ketiga maksila.
8)
Arahkan ujung
jarum menjauhi ramus mandibula dan jarum dibelokkan mendekati ramus dan jarum
akan tetap didekat N. Alveolaris inferior.
9)
Kedalaman jarum
sekitar 25 mm diukur dari tuberositas maksila.
10)
Aspirasi, bila
negatif depositkan anestetikum sebanyak 1,5 – 1,8 ml secara perlahan-lahan.
Setelah selesai , spuit tarik kembali.
Kelumpuhan saraf motoris akan terjadi lebih cepat
daripada saraf sensoris. Pasien dengan trismus mulai meningkat kemampuannya
untuk membuka mulut.
3.
Omset, Durasi,
dan Dosis Anestesi Lokal (Howe dan Whitehead, 2004; Hasanah, 2015)
Nama Bahan Anestesi
|
Onset
|
Durasi
|
Dosis
|
Sediaan Obat
|
Lidokain
2% dengan adrenalin 1:80.000
|
1,5
menit
|
3
jam
|
maximal
500mg dengan vasokonstriktor dan maximal 200mg tanpa vasokonstriktor
|
ampul
@2ml, catridges @2,2 ml
|
Mepivakain
|
2,5
menit
|
1
jam
|
maximal
400mg
|
ampul
@54mg
|
Prilokain
3% dengan adrenalin 1:30.000
|
1,5
menit
|
2
jam
|
maximal
600mg dengan vasokonstriktor dan maximal 400mg tanpa vasokonstriktor
|
ampul
@2ml
|
Bupivakain
dengan epinefrin 1:200.000
|
2-10
menit
|
1,5-3
jam untuk anestesi pulpa dan 4-9 jam untu anestesi jaringan lunak
|
maximal
2mg/kg atau 400mg//hari
|
catridges
@30ml, ampul @4ml
|
4.
Pendeponiran anestetikum
satu penekanan citoject
Setiap penekanan
dari alat injeksi citojetct akan mendeponirkan 0,06 ml larutan anestesi
(Kulzer, 2009).
5.
Macam-macam
ukuran jarum (Kamandjaja, 2019)
a.
Panjang Jarum
1)
Panjang:
biasanya berukuran 1 -1 inch (28,9 sampai 41,5 mm)
2)
Pendek: biasanya
berukuran sampai
1 inch (9,4 sampai 25,5 mm)
Indikasi dari pemakaian masing-masing jarum
tergantung pada tempat dimana kita akan menganastesi pasien, apabila jarum
tempat anestesi jauh kedalam jaringan maka direkomendasikan memakai jarum yang
panjang.
b.
Diameter jarum
1)
23 Gauge:
Diameter luar 0,6 mm dan diameter dalam 0,3 mm, jarum ini adalah jarum yang
paling umum dipakai di kedokteran gigi. Jarum 23 Gauge ini adalah jarum yang
paling ideal untuk anestesi blok pada jaringan yang letaknya cukup dalam.
2)
25 Gauge:
Diameter luar 0,5 mm dan diameter dalam 0,25 mm, jarum ini adalah jarum yang
paling umum dipakai di kedokteran gigi.
3)
27 Gauge:
Diameter luar 0,4 mm dan diameter dalam 0,2 mm jarum ini di indikasikan untuk
menginjeksi pada jaringan yang ketat misalnya mukosa palatum durum atau pada
jaringan intraligamen, untuk mencegah rasa nyeri saat insersi jarum mauun saat
injeksi cairan anestesi lokal
4)
30 Gauge:
Diameter luar 0,3 mm dan diameter dalam 0,15 mm, jarum ini mempunyai fungsi
yang sama dengan jarum 27 Gauge.
6.
Prosedur
Anestesi Bagian Bukal (Purwanto, 2002; Howe dan Whitehand, 2004)
a.
Gunakan tangan kiri untuk meretrak
jaringan lunak bukal (ibu jari pada coronoid notch mandibular dan jari telunjuk
pada perbatasan posterior pada ekstraoral mandibula) (untuk menganastesi nervus
longus bukalis).
b.
Injeksikan 0,5-1 cc lokal anestesi.
c.
Selagi mengeluarkan jarum, lanjutkan
injeksi 0,5 cc lokal anestesi untuk menganastesi nervus cabang lingual.
d.
Injeksi sisa anestesi di region coronoid
notch mandibula di sisi distal mukosa membran dan bukal sampai bagian paling
distal gigi molar untuk menganestesi bukal.
7.
Anestetikum yang
di injeksikan ke mukosa untuk anestesi infiltrasi gigi 25 (Purwanto, 2002)
Jumlah
anestetikum yang di anestesika pada lipatan mukobukal dan pada palatum untuk
menganestesi gigi 25 adalah 0,5-1cc pada masing-masing bagian. Pada bagian lain
memungkinkan diberi bahan anestetikum yang lebih banyak maupun lebih sedikit dibandingkan
dengan bagian yang lain. Hal ini dikarenakan ukuran saraf yang berbeda beda.
Daublander, M., Roth, W., dan Kleeman
P.P., 1992, Clinical investigation of potency and onset of different lidocaine
sprays for topical anesthesia in dentistry, Anesthesi
Pain Control Dentistry, 1(1): 25-28.
Hasanah, A. H., 2015, Pertimbangan pemilihan
anestesi lokal pada pasien dengan penyakit sistemik, Skripsi, Universitas Jasaniddin, Makassar.
Jastak, J.T., 1995, Local Anesthesia of the Oral Cavity, W.B. Saubders Company, Philadelphia.
Kamadjaja, D. B., 2019, Anestesi Lokal di Rongga Mulut: Prosedur,
Problema, dan Solusinya, Airlangga university Press, Surabaya.
Kulzer, H.,2009, Instruction for Use Citoject Sophiru, Hanau, Germany.
Purwanto, 2002, Petunjuk Praktis Anestesi Lokal, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
No comments:
Post a Comment